Kamis, 16 Mei 2019

Beginilah Ahlu al-Bait Menghadapi Fitnah




Muhammad bin al-Hanafiyyah mengatakan kepada para pengikutnya yang menginginkan tumbangnya Daulah Umawiyah:
“Takutlah dengan fitnah!, tidaklah seseorang masuk ke dalamnya kecuali fitnah itu akan mendahuluinya. Ketahuilah, bahwa mereka (Daulah Umawiyah) memiliki waktu dan masanya, kalaupun bersatu semua yang ada di muka bumi untuk menumbangkan kekuasaan mereka, niscaya mereka tidak mampu melakukannya kecuali Allah yang mengijinkan hal itu terjadi. Apatah engkau mampu memindahkan gunung-gunung?!”
(Ibnu Abi Syaibah: 11/123; 15/80 dengan sanad yang hasan)
Pada kesempatan lain ia mengatakan:
“Semoga Allah merahmati seseorang yang mencukupi diri sendirinya, menahan tangannya, menahan lisannya, dan duduk di rumahnya, ia mendapatkan pahala berdasarkan yang ia harapkan dan ia bersama yang ia cintai”.
(Ibnu Sa’d, Thabaqat al-Kubra: 5/71; Ibnu Abi Syaibah: 11/103)
Fawaid:
1. Seorang muslim mengimani wajibnya memberikan wala’ (loyalitas), menghormati, dan mencintai ahlu baitnya Rasulullah secara umum, terutama bagi yang mengikuti sunnah seperti Ibnu Abbas dan lainnya. Adapun yang menyimpang maka tidak boleh diikuti dan dijadikan teladan, siapapun dia dan setinggi apapun posisinya.
2. Kemuliaan seeorang bukan karena nasab, pangkat atau lainnya. Namun, karena mengikuti jalannya Rasulullah dan shahabatnya.
3. Al-Mulk (kekuasaan) adalah milik Allah dan dinisbatkan kepada Allah. Allah lah yang berkuasa mengangkat dan menurunkan kekuasaan dari yang dikehendaki-Nya.
Allah mengatakan:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Al-Mulk: 1)
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٦
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Ali Imran: 26)
4. Pentingnya menjauhkan diri dari fitnah, sebagaimana yang dicontohkan Ibnu al-Hanafiyyah dalam hal ini.
5. Hendaknya seorang muslim menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat baginya terutama di Bulan Ramadhan.
6. Perubahan umat harus dimulai dari bawah (grassroot) dengan penerapan akidah yang kuat sebagaimana sudah dicontohkan Rasulullah dan bukan untuk dimulai dengan mencari kekuasaan. Karena itu Rasulullah enggan ketika ditawari kekuasaan oleh Qurays, karena itu pula Nabi Musa –alihissalam- tidak kembali ke Mesir seketika melewati Laut Merah dan ditenggelamkannya Fir’aun, padahal sangat memungkinkan sekali bagi Nabi Musa untuk kembali dan meraih kekuasaan. Maka inilah jalan yang asli, jika Anda saja ketika menginginkan barang tertentu niscaya mencari barang yang asli, lalu Anda hendak mencari yang tiruan dalam masalah agama?.
7. Kelak, Daulah Umawiyah tumbang ketika kekuasaan berada di tangan pemimpin yang kuat, yaitu Marwan bin Muhammad tahun 132 H.
Benarlah, ketika Allah mengatakan:
تِلۡكَ أُمَّةٞ قَدۡ خَلَتۡۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسۡ‍َٔلُونَ عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٣٤
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (Al-Baqarah: 134)
  
Wallahua’lam.
Bahan Bacaan
At-Tanbiihat as-Saniyyah ala al-Aqidah al-Wasithiyyah karya Abdul Aziz ar-Rasyid.
Mawaqif Mu’aradhah fi ‘Ahdi Yazid bin Muawiyah karya Muhammad bin Abdul Hadi asy-Syaibani.



Sabtu, 11 Mei 2019

Kisah dalam al-Qur'an



لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ  
            Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman[1]. (Yusuf 111)
Ayat dalam surat Yusuf diatas memberi beberapa petunjuk yang agung bagi umat manusia, pertama : Kisah para nabi dengan kaumnya; bagaimana orang yang beriman diselamatkan dan celakanya orang yang kafir terdapat ibroh dan pelajaran bagi orang yang berakal[2], karena yang lebih terpenting dalam sejarah bukan hanya transmisi cerita dari satu pihak ke pihak yang lain akan tetapi makna yang terkandung dan pelajaran penting yang harus dicamkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-sehari. Ayat yang sejenis ini; yang berkaitan dengan perintah kepada manusia untuk menggunakan segala potensi yang ada pada dirinya untuk berpikir, menelaah dan mengambil pelajaran dari apa yang ada di sekelilingnya sangat banyak  disebutkan dalam Al-Qur’an.
Kedua : Urgensi otentifikasi berita, dalam kalimat :
مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ
“Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat”
Mengenai hal ini al-Qurṭubȋ menyebutkan bahwa al-Qur’an ini bukanlah perkataan yang dibuat-buat yang bukan dari sisi Allah atau dalam kisah ini (Nabi Yusuf dan kaumnya, pen.) bukan pula kisah fiktif yang diada-adakan[3].   Ibrah yang bisa kita ambil hanyalah yang berasal dari kisah nyata dan bukan fiktif. Bagaimana kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang bersumber dari khayalan, dan kebohongan, padahal Islam mengajarkan kebenaran, kejujuran dan kebersihan hati.
Teladan yang kita ambil adalah kisah orang saleh yang mengedepankan kebenaran dan kejujuran, atau kisah orang zalim untuk dipahami dan dijauhi perbuatan kezalimannya. Ajaran Islam adalah nyata dan real serta bukan fiktif, tradisi Islam adalah tradisi yang mengedepankan kejujuran, keluhuran budi dan kebenaran. Bukan tradisi barat yang banyak berhutang ke Yunani dengan kisah fiktif atau semi fiktif seperti Troya dan Hercules. 
Ketiga : al-Qur’an menjelaskan segala sesuatu, termasuk di dalamnya perkara hukum, akidah, akhlaq, perkara gaib, kisah umat terdahulu, kisah masa yang akan datang dari perkara hari kiamat atau perkara lainnya yang akan memberi faidah bagi semua manusia.
Keempat : al-Qur’an adalah kitab hidayah dan petunjuk bagi umat manusia yang mampu mengantarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang, kisah dan sejarah termasuk salah satu metode yang bisa digunakan untuk memberi hidayah manusia menuju jalan yang lurus.
Wallahua'lam.



                [1] Kementerian Agama RI, Mushaf Aisyah: al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: al-Hilal, Tanpa Tahun), hlm. 248.
                [2] Ibnu Kaṡȋr, Tafsȋr al-Qur’an al-Aẓȋm Jilid VI. Taḥqȋq Ridwan Jāmi’ Ridwan, ( Kairo : Maktabah Aulād Syaikh Li at-Turāṡ, Cet. 1, 2009), hlm. 3035.
                [3] Muhammad bin Ahmad al-Anṣārȋ al-Qurṭubȋ, al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’an Jilid V, (Kairo: Dār al-Hadiṡ, 2010 M), hlm. 250.

Sabtu, 04 Mei 2019

Hoaks dan Fitnah Terbunuhnya Usman



Hoaks menurut KBBI offline adalah berita bohong. Berita bohong ini membawa malapetaka di dunia dan akhirat bagi yang menyebarkan dan yang menjadi korban hoaks.
Usman sendiri menjadi khalifah sejak tahun 23-35 H sepeninggal Umar. Paruh pertama kekuasaan Usman adalah nikmat, pada paruh kedua kekuasaannya mulai muncul berita bohong yang menimbulkan keresahan dan kekacauan.
Kegoncangan itu terutama dipicu Abdullah bin Saba', seorang Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam untuk mengail di air keruh. Ia merekrut banyak orang untuk menimbulkan hoaks dan berita bohong berupa banyak tuduhan keji terhadap Usman. Tuduhan itu sendiri bentuknya bermacam-macam mulai dari keutamaan Usman yang salah dipahami semisal dibakarnya mushaf dan kemudian diganti mushaf Usman dengan kesepakatan shahabat, atau absennya Usman dari baiat Ridwan, padahal baiat itu terjadi untuk membela Usman. Adapula tuduhan yang sama sekali dusta semisal diberikannya seperlima rampasan perang penaklukan Afrika Utara kepada saudara tirinya, Abdullah bin Sa'd bin Abi Sarh. Adapula tuduhan yang berbau 'fanatisme buta' terhadap ahlu al-bait hanya karena sebagian gubernur berasal dari Bani Umayyah, kerabat Usman. Padahal fakta sejarah menunjukkan Bani Umayyah adalah para pemimpin Qurays di sisi Bani Hasyim karena mereka berada dalam satu ikatan, bani Abdu Manaf. Disisi lain jumlah gubernur dari kerabat Ali ketika ia berkuasa jauh lebih banyak dibanding Usman. Tapi, hoaks ini sudah kadung tersebar terutama di Mesir, Bashrah, dan Kufah, karena itu tak heran jika kelompok yang 'ngluruk' datang ke Madinah dari 3 daerah ini.
Seruan mereka satu, Usman harus lengser!. Seems familiar?. Bayangkan, bagaimana mereka berani menuntut manusia terbaik kala itu dan khalifah yang sah hanya karena hoaks, berita bohong yang simpang siur.
Apakah Usman menuruti tuntutan orang-orang munafik tadi?, tentu tidak, karena mertuanya dan manusia terbaik sejagad telah bersabda untuk tidak turun meski dituntut lengser olah orang-orang munafik. Ya, para pemberontak itu yang dikatakan munafik oleh nabi dan junjungan umat Islam, Muhammad shallahuaalaihiwasallam.
Namun, setelah mengepung rumah Usman selama sekitar 40 hari mereka masuk melalui loteng rumah dan membunuh Usman hingga darahnya menetes ke mushaf yang dibacanya, ia terbunuh ketika berpuasa, bersabar, dan mengharap janji Rasulullah bahwa ia akan masuk surga atas bala musibah yang menimpanya.
Kelak, pembunuhan Usman ini menjadi sebab fitnah yang pengaruhnya masih bisa dirasakan hingga masa Ibnu Taimiyah, sebagaimana disebutkannya sendiri. Penulis katakan, bahkan sampai sekarang masih terasa.
---------------------------------------
Fawaid:
1. Yahudi dan Nashara tidak akan rela dengan agama Islam hingga umat mengikuti agama mereka.
2. Jejak Ibnu Saba' tetap ada, sebagaimana nampak dalam kisah ini, kelompok Sabaiyah yang menuhankan Ali, dan juga Syi'ah.
3. Ibnu Saba' itu nyata dan bukan khayalan sebagaimana dikatakan Thaha Husain al-Masri - dedengkot dan murid orientalis--dan Quraish Shihab - meski kemudian sudah dibantah tulisan santri salah satu pondok Nahdliyyin di Jawa Timur-. Secara timbangan ilmu Hadist keberadaannya berdasar sanad yang bisa dijadikan hujjah.
Wallahua'lam.

Al-Mizzi, Ibnu Taimiyah dan Penjara Ibnu Hajar mengisahkan dalam biografi al-Mizzi bahwa ia pernah mengalami cobaan dengan dipenjara, perist...