Muhammad bin
al-Hanafiyyah mengatakan kepada para pengikutnya yang menginginkan tumbangnya
Daulah Umawiyah:
“Takutlah
dengan fitnah!, tidaklah seseorang masuk ke dalamnya kecuali fitnah itu akan
mendahuluinya. Ketahuilah, bahwa mereka (Daulah Umawiyah) memiliki waktu dan
masanya, kalaupun bersatu semua yang ada di muka bumi untuk menumbangkan
kekuasaan mereka, niscaya mereka tidak mampu melakukannya kecuali Allah yang
mengijinkan hal itu terjadi. Apatah engkau mampu memindahkan gunung-gunung?!”
(Ibnu Abi
Syaibah: 11/123; 15/80 dengan sanad yang hasan)
Pada
kesempatan lain ia mengatakan:
“Semoga
Allah merahmati seseorang yang mencukupi diri sendirinya, menahan tangannya,
menahan lisannya, dan duduk di rumahnya, ia mendapatkan pahala berdasarkan yang
ia harapkan dan ia bersama yang ia cintai”.
(Ibnu Sa’d, Thabaqat al-Kubra: 5/71; Ibnu Abi Syaibah: 11/103)
Fawaid:
1. Seorang
muslim mengimani wajibnya memberikan wala’ (loyalitas), menghormati,
dan mencintai ahlu baitnya Rasulullah secara umum, terutama bagi yang mengikuti
sunnah seperti Ibnu Abbas dan lainnya. Adapun yang menyimpang maka tidak boleh
diikuti dan dijadikan teladan, siapapun dia dan setinggi apapun posisinya.
2. Kemuliaan
seeorang bukan karena nasab, pangkat atau lainnya. Namun, karena mengikuti
jalannya Rasulullah dan shahabatnya.
3. Al-Mulk
(kekuasaan) adalah milik Allah dan dinisbatkan kepada Allah. Allah lah yang
berkuasa mengangkat dan menurunkan kekuasaan dari yang dikehendaki-Nya.
Allah
mengatakan:
تَبَٰرَكَ ٱلَّذِي بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ
شَيۡءٖ قَدِيرٌ ١
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (Al-Mulk: 1)
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن
تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ
مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٦
“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Ali Imran: 26)
4. Pentingnya menjauhkan diri dari fitnah, sebagaimana yang dicontohkan
Ibnu al-Hanafiyyah dalam hal ini.
5. Hendaknya seorang muslim menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat
baginya terutama di Bulan Ramadhan.
6. Perubahan umat harus
dimulai dari bawah (grassroot) dengan penerapan akidah yang kuat sebagaimana
sudah dicontohkan Rasulullah dan bukan untuk dimulai dengan mencari kekuasaan. Karena
itu Rasulullah enggan ketika ditawari kekuasaan oleh Qurays, karena itu pula
Nabi Musa –alihissalam- tidak kembali ke Mesir seketika melewati Laut Merah dan
ditenggelamkannya Fir’aun, padahal sangat memungkinkan sekali bagi Nabi Musa
untuk kembali dan meraih kekuasaan. Maka inilah jalan yang asli, jika Anda saja
ketika menginginkan barang tertentu niscaya mencari barang yang asli, lalu Anda
hendak mencari yang tiruan dalam masalah agama?.
7. Kelak, Daulah
Umawiyah tumbang ketika kekuasaan berada di tangan pemimpin yang kuat, yaitu
Marwan bin Muhammad tahun 132 H.
Benarlah, ketika Allah
mengatakan:
تِلۡكَ أُمَّةٞ قَدۡ خَلَتۡۖ
لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسَۡٔلُونَ عَمَّا كَانُواْ
يَعۡمَلُونَ ١٣٤
“Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu
apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab
tentang apa yang telah mereka kerjakan”. (Al-Baqarah: 134)
Wallahua’lam.
Bahan Bacaan
At-Tanbiihat as-Saniyyah ala al-Aqidah al-Wasithiyyah karya Abdul Aziz
ar-Rasyid.
Mawaqif Mu’aradhah fi ‘Ahdi Yazid bin Muawiyah karya Muhammad bin Abdul
Hadi asy-Syaibani.