Manuskrip Gharib al-Hadist karya Abu Ubaid
Qasim bin Sallam. Gambar: muslimheritage
Inovasi kertas
umat Islam
H. S. Williams
dalam The Historians History of The World[1]
mengatakan:
“It was the same with the paper: the invention of paper opened up anew era
for civilization. The diffusion of cheap books and the popularization of
learning and printing have became possible only since the Arabs replace the
parchment of the ancient world and the silk paper if the Chinese by ordinary
paper such as we know it today. In the thirteenth century Arabian paper was
used at Castille, whence it penetrated into France, Italy, England, and
Germany”.
“sama saja dengan kertas, penemuan kertas membuka era peradaban baru.
Tersebarnya buku murah dan populernya pembelajaran dan percetakan hanya menjadi
mungkin sejak bangsa Arab menggantikan perkamen[2] dari
jaman kuno dan kertas sutra ala Cina dengan kertas biasa yang kita kenal
sekarang. Pada abad XIII Masehi ‘kertas Arab’ sudah digunakan di Castilla[3],
kemudian masuk ke Perancis, Italia, Inggris, dan Jerman”.
Seberapa besar
pentingnya penemuan ini?
L. S Stavrianos
dalam The World to 1500[4]
mengatakan:
“The value of paper is evident in the fact that to produce one copy of the
Bible on parchment, the skins of no less than three hundred sheep would be
required”.
“Nilai kertas terlihat pada fakta bahwa untuk membuat satu eksemplar
Bibel/Injil dengan perkamen, dibutuhkan paling tidak 300 domba”
Ide munculnya buku
Joe Carmichael dalam A Study in Ethnic Identity, The Shaping of The
Arabs[5]
mengatakan:
“When the Arabs come out of desert, the very idea
of book was unknown to them. Since time immemorial the spoken word, in oral
transmission and in recitation, was the only recognized type of publication.
But as they come to the contact with the other cultures they came upon the idea
of a book-a physical object-, a cluster of pages bound together with a title
and subject, a beginning and a ending later supplemented by ornamentations of
various kinds and bindings on which great ingenuity and artistry was exercised.
The process that quickly began among the Muslims and, as the scope and extent
of literary production increased, culminated in a book is based on the classical
idea; this process was accelerated still further when paper, a Chinese
invention, was brought in via Central Asia in the eight century. In capsule from this anticipated the later effects of
the inventions of printing in the West, since paper made it possible to produce
more books far more cheaply, and fitted in with the expansion of learning in
the Islamic Empire”.
“Ketika bangsa Arab keluar dari wilayahnya gurun
pasirnya, ide awal adanya buku belum mereka kenal. Sejak masa yang tidak bisa
diingat dari dunia bicara, bentuk publikasi yang dikenal hanyalah transmisi
lisan dan pembacaan/hafalan saja. Sejak mereka memiliki hubungan dengan
kebudayaan lain munculluh ide adanya buku –berupa obyek fisik-, berupa kumpulan
dari beberapa halaman yang digabung dengan memiliki judul dan isi, bagian awal
dan bagian akhir yang kemudian ditambahkan ornamen beranekaragam dan
jilid/sampul yang memerlukan kelihaian dan seni tertentu. Proses yang begitu cepat
pada umat Islam dan cakupan karya ilmiah yang meluas akhirnya memuncak dalam
bentuk buku fisik berdasar ide klasik; proses ini semakin dipercepat dengan
ketika kertas, penemuan Cina berhasil dibawa via Asia Tengah pada abad VIII
Masehi. Intinya, aktifitas ini mengawali dampak selanjutnya dari penemuan
percetakan di Barat, karena kertas memungkinkan memproduksi lebih banyak buku
dengan harga lebih murah, dan sesuai dengan meluasnya gerakan ilmiah di
Kerajaan Islam”.
Wallahua’lam.
Diadaptasi dari buku Dr. Mohammed Abu
Hasan dalam The Role of Arabic-Islamic Civilization in The Making Of Western Civilization,
(Amman: Departemen Kebudayaan Jordania, Cet. 1, 2008 M), hlm. 51-52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar